Sabtu, 26 Februari 2011

Sabtu, 27 Februari 2010

Investasi Propinsi Sulawesi Selatan


Sulawesi Selatan merupakan daerah investasi yang berpotensi oleh hasil perikanan, industri, dan perkebunan. Komoditi unggulan dari sektor tersebut adalah kakao (168,542.00 ton), kopi (63,737.00 ton), kelapa sawit (55,889.00 ton), kelapa (1,030,717.00 ton), cengkeh (37,128.00 ton), perikanan (337,317.00 ton), sapi (723,678.00 heads), jagung (875,746.00), tebu (26,171.00 ton), industri pengolahan kopi (63,737.00 ton kopi), pelelangan ikan (2337,317.00 ton ikan tangkapan), ikan beku (337,317.00 ton ikan tangkapan), tepung ikan (337,317.00 ton ikan tangkapan), industri kelapa terpadu (1,030,717.00 ton kelapa), industri pengolahan daging sapi (723,678.00 ekor sapi), industri minyak essensial (37,128.00 ton cengkeh), cowherd s food (875,746.00 ton of jagung).

Berikut ini adalah pusat pengembangan komoditas Sulawesi Selatan; kakao (Luwu Timur, Luwu Utara, Luwu, Pinrang, Wajo, Soppeng danBone), kelapa sawit (Regency of Luwu, Luwu Timur, Luwu Utara danWajo), perikanan (Luwu, Wajo, Bone, Sinjai, Bulukamba, Jeneponto, Takalar, Maros danPinrang), tenak sapi (Bone, Gowa, Bulukumba, Maros danBarru), tebu (Bontonompo, Bajeng, Bontomarannu, Somba Opu Subdistrict, Takalar, Bone, Wajo, Luwu danLuwu Utara),industri pengalengan ikan (Bone, Jeneponto danMakassar), industri ikian beku (Bone, Luwu, Sinjai dan Bulukumba),industri tepung ikan (Bone, Luwu, Sinjai dan Bulukumba).

Di tempat kedua ditemukan karet (Bulukumba dan Sinjai), kacang mete(Bone, Pangkep, Sindrap, Sinjai, Barru, Soppeng danBulukumba), rumput laut (Takalar, Jeneponto, Bantaeng dan Bone).

Komoditi lain yang cukup berpeluang adalah kacang (Barru, Selayar, Gowa, Sinjai, Maros, Bone, Soppeng dan Wajo), singkong (Bulukumba, Jeneponto, Takalar, Gowa, Maros dan Tana Toraja), kacang mete (Pangkep, Bone dan Sidrap), lada (Located in the Regency of Bulukumba, Sinjai, Enrekang dan Luwu Utara), vanili (Sinjai, Tana Toraja dan Luwu Utara), jahe (Bone), katak (all over province), escargot (all over province), industri logam (Luwu, Maros, Takalar, Selayar, Jeneponto dan Barru), pengolahan kopi (Enrekang dan Tana Toraja), industri minyak kelapa (Luwu Utara, Bulukumba, Bone, Wajo dan Pinrang), gas alam (Wajo (407.4 BCFT), Jeneponto dan Enrekang), batu bara (Maros, Pangkep, Barru, Sidrap, Enrekang, Bone, Sinjai, Tator, Gowa,Jeneponto dan Enrekang), nikel (Luwu), pasir besi (Luwu), tembaga (Tator), batu kapur (Maros, Pangkep, Sindrap, Bulukumba, Bone, Soppeng), marmer (Bone dan Maros), pasir kuarsa (Sidrap dan Pinrang), zeolit (Tator dan Gowa), tanah liat (Gowa, Bulukumba, Enrekang, Barru, Soppeng, Tana Toraja), bentonit (Gowa, Tana Toraja dan Bulukumba), granit (Luwu, Selayar, Maros/Bone), pantai (Gowa, Bulukumba, Sinjai, Pangkep, Pantao Baromban, Pantai Pasir Putih Bira, Pulau Sembilan, Pulau Kaposan), taman rekreasi hutan (Hutan Rekreasi Malin, Hutan Rekreasi Jompie, Hutan Rekreasi Nanggala, Karenta) , rekreasi laut (Taka Bonerate, Sabalana), wisata danay (Mahalona, Tempe, Towuti, Matano, dan Sidenreng), pariwisata budaya dan sejarah (Tana Toraja dan Tana Toa Kajang), dan wisata alam (Air Terjun Bantimurung, malino, dan Leang-Leang).

Untuk keperluan bisnis Anda, Sulawesi Selatan menyediakan bandara-bandara (Bandara Internasional Hasanuddin, Bandar Udara Pongtiku Toraja, Bandar Udara Andi Jemma Masamba, Bandar Udara Soroako, Bandar Udara Seko, Bandar Udara Rampi, Bandar Udara Haji Aroepala, and Bandar Udara Sinjai), pelabuhan (Bira , Leppe e , Bantaeng , Awerange , Benteng , Jampea , Bulukumba , Bajoe , Pattiro Bajo , Tujuh-tujuh , Kading , Dua BoccoE , Jeneponto , Bua , Palopo , Palopo , Malili , Sinjai , Balantang , Soekarno-Hatta , Pajukukang , Biringkasi , Pare-Pare , Cappa Ujung , Lontange , Selayar , Pamatata , Benteng , Jampe , Siwa , Pertamina s , and poultry specialized ), hotel, (dari kelas melati hingga hotel berbintang), fasilitas perbankan, dan fasilitas komunikasi.


Sumber :
http://www.indonesia.go.id/id/index.php?option=com_content&task=view&id=6138&Itemid=1863

Sumber Gambar:
http://makassar.bpk.go.id/web/wp-content/uploads/2009/10/sulsel_slice.jpg

Sumberdaya Alam Provinsi Sulawesi Selatan


View Larger Map
Areal pertanian di provinsi ini mencapai 1.411.446 ha, terbagi dalam lahan persawahan seluas 550.127 ha dan lahan kering seluas 861.319 ha. Lahan persawahan beririgasi teknis mencapai 317.727 ha, sawah tadah hujan seluas 230.760 ha, sawah pasang surut 1.540 ha dan sawah lebah/ polder seluas 100 ha dengan total saluran irigasi mencapai 244.304 ha. Sawah-sawah inilah yang pada 2006 menghasilkan 3.365.509 ton padi, terdiri atas 3.352.116 ton padi sawah dan 13.393 ton padi ladang. Dibanding dua tahun terakhir, produktivitas padi yang dicapai meningkat, Pada 2004, produksi padi di sana mencapai 3.552.834 ton sementara pada 2005 mencapai 3.619.652 ton. Di luar sawah-sawah tadi, di provinsi ini juga terdapat lahan kering yang terdiri atas lahan pekarangan seluas 178.734 ha, tegalan/kebun seluas 539.266 ha dan ladang/huma seluas 153.319 ha.

Sebagai salah satu lumbung beras nasional, Sulawesi Selatan setiap tahunnya menghasilkan 2.305.469 ton beras. Dari jumlah itu, untuk konsumsi lokal hanya 884.375 ton dan 1.421.094 ton sisanya merupakan cadangan yang didistribusikan bagian timur lainnya bahkan telah diekpor sampai ke Malaysia, Filipina dan Papua Nugini. Lokasi produksi padi terbesar berada di Kabupaten Bone, Soppeng, Wajo, Sidrap, Pinrang dan Luwu (Bodowasipilu).

Selain pertanian, perkebunan juga merupakan sumber daya alam yang sedang di kembangkan seperti: palawija di Sulawesi Selatan pada 2004 sebanyak 674.115 ton, 723.331 untuk tahun 2005 sedangkan pada tahun 2006 mencapai 696.084 ton dan diperkirakan meningkatpada tahun 2007 sekitar 800.000 ton. Jika ini tercapai, Sulawesi Selatan akan menjadi produsen jagung terbesar kelima di Indonesia. Sentral produksi jagung terdapat di Kabupaten Bone, Jeneponto, Bulukumba dan Bantaeng. Pada kegiatan Presiden RI ke Provinsi Sulawesi Selatan dengan acara "Puncak Hari Pangan dan Peresmian Pembukaan Indonesia Food di Makassar tanggal 26 November 2006 menyampaikan bahwa: “… pada kesempatan yang baik ini, saya meminta agar pemerintah daerah, provinsi, kabupaten dan kota menyusun program-program yang nyata, untuk meningkatkan roda ekonomi pedesaan. jika ekonomi pedesaan tumbuh dengan baik, kerawanan pangan dan secara bertahap dapat kita hapuskan. Saya mengingat kembali akan pentingnya revitalisasi pertanian, perikanan dan kehutanan yang telah saya canangkan beberapa waktu yang lalu…”.

Selain jagung, daerah Sulawesi Selatan juga menghasilkan ubi kayu, ubi jalar. kacang tanah kacang hijau dan kedelai, Untuk produksi ubi kayu pada tahun 2004 sebanyak 592.350 ton, tahun 2005 sebanyak 586.350 ton, sedangkan tahun 2006 produksi ubi kayu sebanyak 590.717 ton. Sedangkan produksi ubi jalar sebesar 61.790 ton pada tahun 2004, 76.500 ton untuk tahun 2005 dan pada tahun 2006 diproduksi sebesar 73.430 ton. Kacang tanah diproduksi sebanyak 41.191 ton tahun 2004, tahun 2005 sebanyak 40.328 ton dan pada tahun 2006 dihasilkan sebanyak 41.759 ton, Kacang hijau pada tahun 2004 diproduksi 27,06 ton, tahun 2005 sebanyak 29.675 ton dan di tahun 2006 sebanyak 28.554 ton. Sedangkan untuk produksi kedelai pada tahun 2004 sebesar 26.875 ton, tahun 2005 sebesar 27.269 ton serta tahun 2006 diproduksi sebesar 22.242 ton. Perkebunan adalah sektor sumber daya alam yang menghasilkan berbagai jenis komoditas, antara lain kelapa hibrida, kakao, kopi, lada, vanili, teh, jambu mete dan kapas.

Berdasarkan Tata Guna Horan Kesepakatan (TGHK) tahun 2004, luas hutannya mencapai 3.090.005 ha, meliputi hutan lindung seluas 1.224.279,65 ha, hutan produksi terbatas seluas 488.551 ha dan hutan produksi biasa seluas 131.041,10 ha, Dart hutan-hutan ini dihasilkan 147.739,24 m³ kayu, terdiri aras 33.345,9 m³ kayu HPH dan 114.604,67 m³ kayu non-HPH, Produksi non kayu terdiri atas 6478,67 ton rotan dan 180.126,7 ton getah pinus.

Potensi sektor perikanannya sebanyak 318378 ton, terdiri atas perikanan laut sebanyak 291.969 ton, perairan darat 6.425 ton dan perairan umum 19.984 ton. Ekspor 2005 di sektor ini mencapai 1.700 ton ikan tuna segar/beku, 1.710 ton ikan kerapu serta 1.400 ton ikan kakap, meningkat jadi 2.100 ton ikan tuna segar/beku, 1.950 ton ikan kerapu serta 1.745 ton ikan kakap pada 2006. Produk kelautan lainnya adalah rumput laut, yang pada 2004 di budi dayakan di garis pantai sepanjang 1900 km dengan total produksi 4.642,7 ton. Saat ini Sulawesi Selatan merupakan sentral pengembangan produksi rumput laut di Indonesia, khususnya untuk jenis glacillaria dan E Cottoni, masing-masing memberikan kontribusi 58% dan 36% terhadap produk rumput laut nasional.

Berbagai jenis peternakan berkembang di sana, terutama ternak sapi, kerbau, ayam, itik, kambing dan sebagainya. jumlah populasi ternak 2005 sebanyak 28.942.526 ekor per tahun dan produksi peternakan mencapai 26.747.228,47 ton per tahun. Populasi ternak tahun 2004 untuk sapi mencapai 738.140 ekor, kerbau 133.467 ekor, kuda 118.101 ekor, kambing 555.927 ekor, babi 448.869 ekor, ayam ekor dan itik 4.118.276 ekor. Sedangkan pada tahun 2005 jumlah populasi kerbau 171,790 ekor, kuda 130.319, sapi 567.749 ekor, babi 570.917 ekor, dan itik 3.534.280 ekor. Pada 2006 populasi kerbing sebanyak 245.350 ekor, kuda 124.254 ekor, ayam sebanyak ekor dan itik sebanyak 4.765.428 ekor.

Perkebunan adalah sektor andalan dengan berbagai jenis komoditas, antara lain kelapa sawit, kelapa hibrida, kakao, kopi, lada, vanili, tebu, karet, teh, jambu mete dan kapas. Dari semuanya, kakao dan kopi adalah komoditas primadona. Luas perkebunana kakao 662.615 ha, terdiri atas perkebunan rakyat 657.334 ha dan perkebunan besar swasta 5.281 ha. Pertumbuhan rata-rata kakao mencapai 2% per tahun, dengan produksi 521.440 ton per tahun. Sentra produksi kakao terdapat di Kabupaten Luwu Timur, Luwu Utara, Luwu, Wajo, Pinrang, Bone dan Sinjai.

Primadona lainya adalah kopi, dengan luas hutan 203.844 ha, terdiri atas lahan kopi arabika seluas 118.742 ha dan kopi robusta seluas 85.102 ha. Luas lahan ini pun masih dibagi dua, perkebunan rakyat besar seluas 107.966 ha dengan produksi 47.231 ton per tahun dan perkebunana besar swasta seluas 10.776 ha dengan produksi 2.093 ton per tahum. Laju perkembangan luas lahan rata-rata 1,5% per tahun dan pertumbuhan rata-rata produksi 3% per tahun. Setra produksi kopi terdapat di Kabupaten Tana Toraja dan Enrekang.

Salah satu faktor yang mendorong tingginya PDRB Provinsi Sulawesi Selatan adalah sektor pertambangan. Produksinya mencakup emas, mangan, besi, pasir besi, granit, timah hitam, batu nikel sebagai produk unggulannya. Produksi nikel mencapai 73.283.138 kg per tahun, terdapat di Kabupaten Luwu Timur dan Luwu Utara.

Sumber:
Indonesia Tanah Airku (2007), dalam :
http://www.indonesia.go.id/id/index.php?option=com_content&task=view&id=3545&Itemid=1968

Sumber Gambar:
http://maps.google.com/

Sulsel Catat Pertumbuhan Ekonomi Tertinggi

Sulawesi Selatan mencatat pertumbuhan ekonomi tertinggi di Indonesia yang mencapai 7%-8% pada 2008.

Gubernur Sulsel Syahrul Yasin Limpo mengatakan tren pertumbuhan ekonomi di Sulawesi Selatan terus meningkat setiap tahunnya.

"Angka pengangguran juga terus menurun karena lahirnya para pebisnis di Makassar seperti dibangunnya Trans Studio oleh Trans Kalla," jelas Yasin dalam sambutannya saat meresmikan Trans Studio Indoor Theme Park, pagi ini.

Dia optimistis Makassar akan menjadi tujuan investasi dan wisata bagi pengusaha dalam dan luar negeri. "Dari Trans Studio ini saja terserap 1.000 tenaga kerja yang ada di Makassar," katanya.

Ekonomi di Makassar akan terus tumbuh, katanya, saat ini ekspor dari Sulsel melampui US$1 miliar dengan tingkat penggunaan otomotif yang tinggi mencapai 300.000 unit per tahun.

Pagi ini, Wapres M. Jusuf Kalla meresmikan Trans Studio Indoor Theme Park di area seluas 2,5 hektare. Trans Studio Indoor Theme Park merupakan destinasi wahana bermain bagi keluarga yang dimiliki oleh Grup Para dan Grup Kalla. Tanah seluas 2,5 hektare ini merupakan milik keluarga Kalla.(yn)


Sumber :
http://web.bisnis.com/keuangan/ekonomi-makro/1id137134.html, dalam :
http://www.indonesia.go.id/id/index.php?option=com_content&task=view&id=10838&Itemid=1258

Jumat, 26 Februari 2010

Pemprov Sulsel Canangkan "SULSEL GO GREEN"

Lingkungan hidup yang baik dan sehat merupakan hak dari setiap warga negara. Oleh karena itu setiap warga negara berhak untuk ikut berperan dalam pengelolaan lingkungan hidup da berkewajiban memelihara kelestarian fungsi lingkungan hidup. Berbagai upaya yang dilakukan antara lain, mencegah dan menanggulangi pencemaran dan pengerusakan lingkungan sebagaimana yang ditetapkan di dalam UU no. 23 tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup

Dalam beberapa tahun terakhir, kondisi lingkungan hidup di Sulawesi Selatan, khususnya dalam hal kerusakan dan pencemaran lingkungan hidup sangat memprihatinkan. Angka kerusakan hutan dan lahan dari tahun-ke tahun terus mengalami peningkatan. Pada tahun 2005 luas lahan kritis dalam kawasan hutan mencapai 369.955,54 ha (dari 1.928.587 ha total luas hutan lindung), dan diluar kawasan hutan mencapai 312.827,75 ha. Selain itu luas areal hutan bakau juga terus mengalami penurunan, pada tahun 2006 yang tersisa hanya sekitar 9.795 ha dengan kondisi 40,71% rusak berat, 10,22 rusak sedang, dan hanya 15,27% dalam kondisi baik.

Memperhatikan kondisi diatas, serta dalam rangka menunjang pelaksanaan pembangunan yang berkelanjutan dan berwawasan lingkungan, sudah saatnya semua pihak turut bepartisipasi dalam melakukan pemeliharaan dan pemulihan lingkungan hidup dalam wadah “Gerakan Sulsel Hijau” atau “Sulsel Go Green”. Kegiatan tersebut secara umum merupakan wadah yang mengakomodir kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan Program Pelestarian Lingkungan hidup dan yang secara khusus berkaitan dengan Program Menghijaukan Wilayah Sulsel.

Program Sulsel Go Green dicanangkan oleh Gubernur Sulawesi Selatan Syahrul Yasin Limpo, pada hari selasa, 8 Juli 2008 di Clarion Hotel & Convention Makassar. Dalam acara yang dihadiri seluruh satuan kerja dan Dinas lingkup Propinsi Sulsel, Gubernur menekankan agar program ini tidak boleh terhenti sebagai wacana seremonial saja, melainkan harus dijalankan disetiap jalur yang menjadi sasaran Sulsel Go Green, yaitu jalur Sekolah, Dunia Usaha (korporasi), Instansi, dan masyarakat.Keempat jalur diatas sengaja dipilih kerena sangat strategis fungsi dan perannanya dalam kehidupan masyarakat

Pelaksanaan program Sulsel Go green di jalur sekolah/PT akan dibentuk wadah “Komisi Sayang Lingkungan Hidup” dan membentuk Satuan Tugas dengan nama Satgas Sayang Lingkungan serta akan menunjuk Duta Sayang Lingkungan.ugas utamanya adalah mempercepat terwujudnya “Sekolah Hijau”.

Pelaksanaan program Sulsel Go green di jalur Dunia Usaha (korporasi) dilaksanakan sepenuhnya kepada unit-unit usaha untuk merumuskan bentuk tanggung jawab social korporasi (Coporate Social Responsibility) yang berwawasan lingkungan.

Pelaksanaan program Sulsel Go green di jalur Pemerintah diarahkan agar seluruh Satuan Kerja Pemerintah Daerah (SKPD) agar dapat meningkatkan kapasitas dalam melaksanakan program GSH serta menerapkan Eco Office atau kantor yang berwawasan lingkungan demi penghematan anggaran dan kelestarian lingkungan.

Pelaksanaan program Sulsel Go green di jalur Masyarakat dilaksanakan sepenuhnya kepada kelompok-kelompok masyarakat seperti organisasi kepemudaan, Organisasi Massa keagamaan, Partai Politik, dsb.

Pelibatan keempat unsure diatas barangkali masih terlalu kecil jika dibandingkan tingginya tingkat kerusakan alam dan lingkungan di bumi Sulawesi Selatan. Namun kiranya, langkah positif diatas harus kita apresiasi dengan baik, karena bagaimanapun juga kecil dan sedikit jauh lebih berarti daripada tidak sama sekali. SULSEL GO GREEN, BISA…!!!


Sumber :
http://www.bpdas-jeneberang.net/index.php?option=com_content&task=view&id=35&Itemid=9
10 Juli 2008

Kota Makassar


View Larger Map




Kota Makassar sejak 1971 hingga 1999 secara resmi dikenal sebagai Ujungpandang atau Ujung Pandang. Daerah ini adalah sebuah kotamadya dan sekaligus ibu kota Propinsi Sulawesi Selatan. Kotamadya ini adalah kota terbesar di pesisir Barat Daya Pulau Sulawesi, menghadap Selat Makassar. Jumlah populasi yang ada di dalamnya mencapai 1.179.624 jiwa (tahun 2006) dimana 582.983 adalah laki-laki dan sisanya 596.641 jiwa adalah wanita. Dari sisi sumber daya manusia, masyarakat Kota Makassar yang telah menamatkan pendidikan tingkat atas mencapai 32 persen, sedangkan tingkat diploma mencapai 2,8 persen dan universitas mencapai 7 persen.

Selain terkenal dengan Pantai Losari, kota ini juga terkenal dengan perikanan dan industri. Di sektor perikanan, Kota Makassar menghasilkan 13.645 ton ikan pada tahun 2004 dengan sentra penangkapan ikan tersebar di Kecamatan Ujung Tanah, Tamalate, Tallo, Mariso, Ujung Pandang, dan Biring Kanaya. Sedangkan di sektor industri, terdapat industri pengalengan ikan, industri ikan beku, dan industri tepung ikan yang didukung dengan ketersediaan bahan baku ikan yang melimpah.

Ada sekitar 143 perusahaan yang masih aktif di Makassar. Sebagian besar usaha terkonsentrasi di Kecamatan Biringkanaya, Tamalanrea, dan Panakkukang. Dari 143 total industri yang ada, jumlah tenaga kerja yang terserap mencapai 17.767 jiwa. Adapun industri yang menyerap tenaga kerja terbesar adalah industri makanan dan minuman. Dari total 60 industri yang bergerak di bidang makanan dan minuman, sekitar 7.495 tenaga kerja yang bekerja di sektor tersebut. Tak heran jika sektor industri pengolahan merupakan sektor penggerak ekonomi Kota Makassar dengan besaran konstribusi mencapai 23,57 persen.

Sektor penggerak ekonomi lainnya adalah perdagangan hotel dan restoran. Dari sisi perdagangan, jumlah kapal yang masuk membawa orang dan barang mencapai 5.710 unit kapal dimana 3.518 unit kapal yang bersandar di pelabuhan berasal dari pelayaran nusantara. Perdagangan juga dapat dibaca dari statistik bongkar muat dimana jumlah barang yang dibongkar dari dalam negeri mencapai 4.303.801 ton, sedangkan barang yang dimuat dari Makasar mencapai 2.711.308 ton.

Untuk perdagangan luar negeri, barang yang masuk di pelabuhan dan dibongkar mencapai 708.698 ton sedangkan barang yang dimuat ke luar negeri mencapai 1.241.077 ton. Untuk perdagangan dalam negeri terdapat defisit berat barang regional 1.592.493 ton dan untuk neraca perdagangan luar negeri terdapat surplus 532.379 ton. Perdagangan hasil pertanian, perkebunan, perikanan, peternakan, dan hasil industri olahan atau industri makanan perlu dipertahankan kuantitas dan kualitasnya untuk menambah pundi-pundi keuangan daerah dan meningkatkan kesejahteraan rakyat.


Sumber:
http://www.cps-sss.org/web/home/kabupaten/kab/Kota+Makassar

Sumber Gambar:
http://maps.google.com/
http://bentengkehidupan.files.wordpress.com/2009/10/pelabuhan-soekarno-hatta3.jpg
http://en.academic.ru/pictures/enwiki/84/Tanjung_Bunga.jpg
http://sihotang407.files.wordpress.com/2008/08/image_00012.jpg
http://omongklobot.files.wordpress.com/2009/07/800px-anjungan_losari.jpg

Profil Kota Parepare


View Larger Map

Kota Parepare secara geogarfis terletak antara 3o57 39 -4o04 49 LS dan antara 119o36 24 - 119o43 40 BT. Berbatasan dengan Kabupaten Pinrang di utara, Kabupaten Sidrap di timur dan Kabupaten Barru sebelah selatan serta Selat Makassar di barat. Luas wilayah daerah ini 99,33 Km2.

Secara administratif, daerah ini terbagai menjadi tiga Kecamatan dan dua puluh satu kelurahan. Sebagai kota niaga dan jasa, sebagaian besar usaha masyarakat Parepare dalam bidang perdagangan dan jasa, seperti perdagangan beras antar pulau, hasil laut, perkebunan, pertanian dan hasil perikanan. Bidang usaha lainnya yakni jasa keuangan, angkutan, jasa konstruksi, hotel, dan restoran serta perdagangan dan jasa lainnya.

Obyek wisata yang dapat dikunjungi di kota Bersahaja ini antara lain Pantai Lumpue, pasar senggol, pulau Kamarang, Cagar hutan jompie, Museum Gandaria dan masih banyak lagi.

Parepare merupakan kota pelabuhan. Kapal-kapal singgah di pusat kota. Terdapat tiga pelabuhan kota yakni pelabuhan induk nusantara, cappa ujung, dan lontangge. Masayarakat Parepare majemuk dari berbagai suku etnis dengan dominasi suku bugis, Mandar, Makassar, serta Toraja , selebihnya etnis Cina dan jawa. Meskipun dari beragam suku namun dalam kehidupan sehari-hari masyarakatnya terkenal dengan rasa gotong royong dan kekerabatan yang tinggi.

Daerah ini juga memiliki berbagai sarana dan prasarana pendukung diantaranya jalan darat, adanya ruko-ruko, pelabuhan, maupun terminal angkutan darat di kota yang juga terkenal dengan produk pakaian "cakar" alias cap karung atau pakaian bekas ini adalah dukungan terbesar bagi aktivitas ekonomi Parepare. Dengan ketersediaan fasilitas ruko, pusat perbelanjaan, perbankan, perumahan, hingga hotel dan restoran besar-ini sulit ditemukan di wilayah-wilayah tetangga dekatnya. Parepare optimistis mampu menjadikan kotanya sebagai kota niaga dan jasa.


Catatan :

Kota Parepare adalah salah satu Daerah Tingkat II di provinsi Sulawesi Selatan, Indonesia. Kota ini memiliki luas wilayah 99,33 km² dan berpenduduk sebanyak ±140.000 jiwa. Salah satu tokoh terkenal yang lahir di kota ini adalah B. J. Habibie, presiden ke-3 Indonesia.


Sumber Data:
Sulawesi Selatan Dalam Angka 2007
(01-7-2007)
BPS Provinsi Sulawesi Selatan
Jl. Penancangan No. 4, Serang 42124
Telp (0254) 202315
Fax (0254) 202315


Sumber :
http://regionalinvestment.com/sipid/id/displayprofil.php?ia=7372
http://id.wikipedia.org/wiki/Kota_Parepare


Sumber Gambar:
http://maps.google.com/
http://kinko.files.wordpress.com/2008/05/parepare_kota-parepare-tampak-dari-atas1.jpg