Kabupaten Jeneponto terletak di ujung Barat wilayah Sulawesi Selatan. Secara umum, kabupaten seluas 749,79 Km2 ini memang kurang subur, bahkan cenderung kering. Dari sepuluh kecamatan, hanya Kecamatan Kelara yang berada pada ketinggian 700 meter di atas permukaan laut. Kecamatan ini pun memiliki lima hingga enam bulan basah dan dua hingga empat bulan lembab. Sembilan kecamatan lainnya, selain berada pada ketinggian 0-500 meter dari permukaan laut, juga hanya memiliki satu bulan basah dalam satu tahun. Selebihnya bulan kering. Kabupaten ini benar-benar merasa dianaktirikan oleh alam jika dibandingkan kabupaten lainnya di Sulawesi Selatan.
Berdasarkan data statistik tahun 2007 mencatat jumlah penduduk Kabupaten Jeneponto sekitar 331.938 jiwa. Sebanyak 162.204 adalah pria dan sisanya yaitu 169.734 adalah wanita. Mereka yang mengenyam pendidikan tingkat SLTA dan universitas 13 persen, selebihnya hanya berpendidikan rendah.
Seluruh desa di kabupaten ini berjumlah 111 dengan 42,3 persen tergolong desa miskin. Usaha memerangi "bau kemiskinan" di daerah ini telah diupayakan oleh pejabat pemerintah daerah kabupaten. Pada tahun 1985/1986 dilakukan Proyek Pemanfaatan dan Pengembangan Lahan Kering. Alternatif yang dipilih saat itu adalah menanam pisang.
Penyemaian pisang tanaman yang dapat hidup di daerah kering dan tidak terlalu banyak membutuhkan air besar besaran dilakukan menggunakan bibit hasil sistem anak dan sistem belahan bonggol. Area penanaman pisang seluas 100 Ha yang disebar pada lima kecamatan masing-masing 20 Ha. Proyek ini bisa dikatakan berhasil, meskipun produksinya masih tergolong kecil.
Jeneponto terus mencoba bangkit. Pada tahun 2006, panen padi sudah mencapai 77.689,85 ton, jagung 115.621,22 ton, ubi jalar 189.63 ton, ubi kayu 116.479,54 ton, kacang tanah 346,01 ton, kedelai 1.318,01 ton dan kacang hijau 1.606,2 ton. Tanaman padi menyebar di seluruh kecamatan. Jagung, kedelai, kacang hijau, dan ubi jalar terkonsentrasi di Kecamatan Bangkala Barat dan Bangkala, ubi kayu di Tamalatea, Bangkala, dan Bangkala Barat. Sementara kacang tanah terpusat di Batang. Dua kecamatan yaitu Bangkala Barat dan Bangkala adalah wilayah penghasil palawija terbesar di Jeneponto.
Untuk tanaman perkebunan, Jeneponto juga penghasil kapuk, yang mencapai sebesar 549,26 ton, kopi 1.203,94 ton, cengkeh 35,55 ton, lada 2,06 ton, jambu mete 1.416,79 ton, kelapa dalam 3.610,07 ton, kelapa hibrida 183,3 ton, dan kemiri 82,16 ton. Kapuk banyak ditanam di kecamatan Bantang. Kopi, lada, kemiri, dan cengkeh terpusat di Kecamatan Rumbia. Kelapa dalam dan hibrida banyak dihasilkan dari Kecamatan Binamu sedangkan jambu mete banyak dihasilkan dari Bangkala Barat dan Bangkala.
Pada sub sektor peternakan, populasi ternak besar adalah Kuda dengan 19.672 ekor, Sapi 18.508 ekor, dan Kerbau 12.216 ekor. Ternak kecil populasi Kambing lebih besar dibandingkan Domba yaitu 62.725 ekor dan 751 ekor. Meskipun populasi Kuda masih di bawah populasi kuda Kabupaten Bulukumba 25.227 ekor, daerah ini dikenal sebagai penghasil daging kuda terbesar di Propinsi Sulsel. Produksi daging kuda mencapai 46,4 ton. Harga daging Kuda seekor antara Rp 1 juta hingga Rp 2,5 juta, selain dikonsumsi sehari-hari dalam bentuk "Coto Kuda", juga wajib tersedia dalam pesta perkawinan maupun sunatan. Pesta yang diadakan tanpa daging Kuda ibarat sayur tanpa garam, kurang afdol.
Sumber :
http://www.cps-sss.org/web/home/kabupaten/kab/Kabupaten+Jeneponto
Sumber Gambar:
http://distan.bkc.co.id/foto/image/Jeneponto.gif
Tidak ada komentar:
Posting Komentar